Sabtu, 22 Maret 2014

Cannibal Link (Part 1)

"Chris! Christine!" panggilku keras ke arah Christine, sahabatku. "Yap?" tanyanya santai. "Lihat itu!" Aku menunjuk pengumuman yang ditulis oleh Ms Frina di papan tulis. "What?!" jeritnya. "Kita akan kerja sama di rumahku saja! Bagaimana? Lagipula, kamu sudah sering main ke rumahku, bukan?" usulku girang. "Oke! Aku setuju! Dan, lagipula aku punya adik baru. Pasti mamaku akan marah bila aku membawa teman ke rumah karena itu dapat membuat adikku menangis seharian," ujarnya sambil tertawa geli. "Oh iya. Kapan kita akan mengerjakan itu, Cher?" tanya Christine. "Hmm... Sebentar. Aku pikirkan dulu." Aku tampak berpikir. Keningku berkerut. "Bagaimana....kalau besok lusa?" tanyaku mengusulkan. "Boleh! Tapi, kenapa enggak besok saja?" ia balik bertanya. "Besok, aku ada acara keluarga," jelasku. "Oooh..." sahutnya ber-oh panjang. "Ya sudah ya, aku pulang dulu. Bye!" seruku melambaikan tangan dan berlari menuju mobil. "Bye juga!" Crhistine ikut melambaikan tangan padaku. "Hai, Ma!" sapaku hangat. "Hai, Sayang. Bagaimana harimu?" tanya mama. "Baik," jawabku singkat. Lalu, mama pun tancap gas menuju rumah.

Sesampainya di rumah...
"Ma, aku ganti baju dulu, ya!" Aku bergegas menuju kamarku untuk berganti pakaian. Setelah berpakaian rumah, aku pun menemui mama di sofa ruang keluarga. "Ma, besok lusa... kita tidak ada acara, kan?" tanyaku memulai percakapan. Mama menghentikan kegiatan membacanya, dan menatapku heran. "Tidak, Sayang. Memangnya kenapa?" "Hmm... Tidak, Ma. Besok lusa..., aku dan Christine ingin mengerjakan tugas kelompok di rumah. Boleh kan, Ma?" tanyaku lagi untuk memastikan. "Tentu boleh, Sayang..." Mama mengacak-acak rambutku. "Makasih, Ma!" Aku memeluk mama dengan senyum mengembang di bibir mungilku.

Keesokan harinya...
Kulirik kalender yang tertempel rapi di dinding kamarku yang serba ungu. Ya, aku memang penggemar berat warna ungu. Aku juga tak tahu mengapa. Hari ini hari Sabtu, 17 April 2020. Hari libur yang membosankan. Yap! Setiap hari Sabtu dan Minggu, sekolahku libur. Aku tak sabar menunggu hari esok datang. Besok, Christine akan datang kemari untuk mengerjakan tugas kelompok kami. Eits, tapi, tunggu dulu. Bukankah besok tanggal 18 April? Huaaaaa....! Tanggal 18 April adalah tanggal kelahiranku! Berarti, besok adalah hari ulang tahunku, dong? Waaah...., asyik dong, ada Christine... Yeay! Aku segera keluar untuk menghirup udara segar. "Pagi, Ma!" sapaku tersenyum. "Hai, Sayang! Pagi juga!" Aku berlari kecil menuju luar pagar rumah. "Hmm... Segar sekali udaranya!" gumamku seraya tersenyum. Tiba-tiba, aku melihat ada salah seorang anak perempuan yang sebaya denganku. "Hai!" sapaku melambaikan tangan kepadanya. Tetapi, ia hanya menunduk.Sepertinya, ia anak yang pemalu. "Hai!" sapaku sekali lagi, tetapi kali ini aku mendekatinya. "Ha..hai juga..." sapanya pelan. "Fiyuuh... Kukira kamu akan pergi karena takut padaku. Dan, kukira pula, aku bisa menerkam atau malah menggigitmu," candaku. "Hahaha!" Ia pun tertawa geli. Aku mengulurkan tangan untuk berkenalan dengannya. "Cherryl. Aurora Cherrylia McQueenRy. Kamu?" Ia pun menjabat tanganku. "Hallie. Terryschia Daneseilha Lievartha. Nama yang cantik, seperti orangnya." Hallie tersenyum ramah padaku. "Kamu juga," pujiku tulus. "Hmm... Bukankah kamu tetangga baru yang sekitar seminggu lalu pindah kemari, kan?" tanyaku ingin tahu. "Yap. Oh iya, aku boleh nggak, temenan sama kamu? Aku kesepian disini," tawarnya. "Tentu saja boleh, Hallie. Malah aku ingin bersahabat denganmu," jawabku tersenyum. "Makasih banyak, Cher! Kamu sangat baik!" puji Hallie. "Terima kasih kembali. Ah, biasa saja." Seketika saja, muncul Christine sedang berjalan melewati pagar rumahku. "Hei, Christine!" sapaku ramah. Christine pun menghampiriku dan Hallie. "Itu siapa, Cher?" "Chris, ini Hallie. Hallie, ini Christine sahabat sejatiku," ujarku memperkenalkan Christine dan Hallie bersamaan. "Christine." "Hallie." Mereka pun berjabat tangan. Tiba-tiba, mama memanggilku kencang. "Cherryl!" teriak mama memanggilku. "Ya, Ma?" Aku masuk ke dalam rumah. "Sarapan dulu, yuk!" ajak mama. "Ayuk, Ma! Tapi, diluar ada Christine dan Hallie, anak sebayaku dari tetangga baru kita," ujarku sedih. Aku sedih harus meninggalkan mereka hanya untuk sarapan. "Ajak saja mereka!" usul mama. Wajahku kembali berseri-seri. "Bolehkah?" Mama mengangguk. Aku segera berlari keluar rumah dan menghampiri kedua sahabatku. "Hai, masuk, yuk! Sarapan bareng!" ajakku gembira. "Maafkan aku, Cher. Aku sudah sarapan tadi," tolak Christine halus. "Ya, aku juga. Maaf, Cher," begitu pula Hallie. "Oh, baiklah. Tak apa, Teman. Aku pamit dulu, ya... Bye!" Aku melambaikan tangan dan menutup pintu rumah dengan perlahan. Saat itu, aku masih bisa melihat Christine dan Hallie berbisik-bisik dan tertawa kecil bersama, lalu berpisah pulang ke rumah masing-masing. Memang, mereka membicarakan apa? Mengapa aku tidak diajak? Hhh... Ya sudah, tak apalah. Kemudian, aku duduk di kursi makan. "Hmm... Aromanya sedap sekali!" pujiku tulus. "Hahaha! Terima kasih, Sayang." Mama datang membawa semangkuk besar sup jamur kesukaan keluargaku. "Selamat makan!" Aku melahap sesendok nasi dengan kuah sup dan jamur di dalamnya. "Nyaaam...! Lezatooo...!" komentarku seraya mengunyah makanan yang ada di dalam mulutku. Mama hanya tersenyum sambil terus melahap makanan beliau.

Selesai sarapan, aku beranjak dari ruang makan, dan segera merebahkan tubuh ke sofa ruang keluarga. "Haaah...." Aku mengambil remote TV yang tergeletak tak jauh dari tempat aku duduk. Setelah menyalakan televisi, aku terus mengganti channel, untuk melihat ada acara apa yang bagus pagi ini. Huh, ternyata tidak ada! Kumatikan TV, dan pergi ke kamar kakakku. Saat aku menaiki tangga, aku bergumam "Pasti kakak masih tidur, nih!" Yap, kamar kakakku dan kamarku berdekatan. Sehingga, tak susah-susah menghampiri kakakku jika ada kepentingan, hehehe. Kreeek! Terdengar suara pintu terbuka, yaitu aku yang membuka pintu kamar kak Chilva, kakakku. Yup, kakakku perempuan. Tetapi jangan salah! Kakakku itu hobi banget tidur dan makan. Tapi, walaupun kelakuannya dan sifatnya seperti anak kecil, dia pintar sekali, lho! Jenius banget deh! Bahkan, ia pernah meraih juara I Olimpiade Matematika tingkat nasional dan juara I Olimpiade Sains tingkat internasional! Waw, that is AMAZING! Maka dari itu aku ingin seperti kakakku yang jeniusnya minta ampun! Mamaku pun sering bangga dengannya. "Eh, Adik Manis," sapanya tersenyum. Aku pun ikut tersenyum. Walaupun kakakku jenius, tapi hatinya sangat lembut dan baik hati. Ia tak segan-segan mengajariku jika ada yang tidak aku bisa. "Sudah bangun, kak? Tumben, nih," sindirku. "Iiiih! Kamu ya, Cher!" sewotnya sambil cemberut. "Hahaha!" Aku pun tertawa lepas gara-gara kakakku yang lucu itu. Kakakku itu cantik, lho... Banyak cowok yang suka kepadanya, tetapi ia lebih mementingkan dan fokus ke sekolah. Sungguh, aku mengaguminya. Jika aku bukan adiknya, aku sudah jadi penggemar beratnya, pastinya. Mungkin memang aku ditakdirkan hidup bersama kakak yang cantik, baik, dan jenius. "Hei, kakak sudah sarapan?" tanyaku. Kak Chilva menggeleng. "Ke bawah yuk, kak!" ajakku. "Ayo!" Aku dan kak Chilva menuruni tangga bersama-sama. Tak lupa, sebelum itu, kak Chilva menutup pintu kamarnya. Oh ya, aku lupa beri tahu nama kak Chilva, ya? Nama lengkapnya adalah Charilvia Annabella Arnetta Geuolie. Unik banget loh, namanya... Hehehe. "Eh, Chilva! Sarapan dulu, Sayang!" perintah mama lembut. "Oke, Ma, sip!" kak Chilva mengacungkan ibu jarinya. Selagi menunggu kak Chilva sarapan, aku duduk di sofa lagi. Tak sengaja, aku ketiduran disana.

"Heh, Tukang Tidur! Bangun!" samar-samar, aku mendengar teriakan kak Chilva membangunkanku. Aku terlihat membuka mata. Kulirik jam tanganku, APA?! SUDAH PUKUL 09.30?! Padahal, tadi aku ketiduran masih pukul 08.00. Berarti, aku ketiduran satu setengah jam, dong?! Ah, tidaaaaaak.....! "Cepat cuci muka, ayo kita berangkat!" perintah kak Chilva galak. "Huh, kak, galak amat, sih!" gerutuku sebal. "Biarin!" Kak Chilva menjulurkan lidah panjangnya kepadaku. Tak biasanya kak Chilva bersikap begitu padaku. Biasanya, ia sangat baik. Untungnya, aku tadi sudah mandi dan berganti pakaian untuk pergi. "Ayo!" Kami bertigapun memasuki mobil dan mama tancap gas menuju tempat acara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar